I live in
Kadangkala tempat-tempat yang kamu kunjungi menjadi sejarah yang indah dalam hidupmu
Taman wisata Leang-leang benar-benar menakjubkan. Dikelililingi bukit-bukit hijau nan rimbun dengan karst yang sangat luas dan goa-goa yang menyimpan cerita zaman purba menjadikan destinasi ini sangat menarik untuk dikunjungi. Terletak tidak jauh dari Taman Nasional Bantimurung dan hanya 1 jam dari Kota Makassar, Leang-leang dapat menjadi pilihan libur akhir pekan dan liburan sekolah. Menuju ke taman wisata Leang-leang, kita akan memasuki jalanan sempit di antara pedesaan dengan pemandangan sawah hijau dan rumah-rumah tradisional penduduk yang dikelilingi pegunungan karst yang sangat indah. Pegunungan karst ini merupakan pegunungan terbesar kedua di dunia setelah pegunungan karst Guangzhou di China. Begitu memasuki areal taman wisata prasejarah ini langsung terlihat karst yang membentuk pola yang sangat unik. Dikelilingi rumput yang tertata rapi serta jalan setapak di antara batu karst, menambah keindahan pemandangan taman wisata ini. Kami pun tidak sabar untuk segera mengabadikan pemandangan ini. Puas berkeliling di antara batu-batu karst, kami segera menuju ke leang-leang. Leang-leang dalam bahasa lokal berarti gua. Di dalam taman wisata prasejarah Leang-leang ini terdapat 2 goa yaitu Goa Petta Kere dan Goa Pattae. Sebenarnya ada 30 leang-leang yang tersebar di kawasan Maros ini yang semuanya menyimpan cerita yang berbeda-beda. Gua yang pertama kami kunjungi adalah Gua Petta Kere. Menuju ke goa ini kita akan menaiki beberapa anak tangga. Gua ini menyimpan tanda peradaban zaman purba; bukan fosil manusia ataupun hewan purba, melainkan lukisan di dinding gua yang sangat langka dan memiliki cerita di balik pembuatan jejak sejarah ini. Berdasarkan penuturan salah satu juru pelihara di Leang-leang ini, peninggalan berupa gambar gambar telapak tangan babi rusa yang berada di dinding gua dipercaya merupakan salah satu cara untuk mengusir roh jahat yang akan mengganggu manusia purba. Lukisan telapak tangan pada dinding gua ini dibuat menggunakan ramuan dari tumbuh-tumbuhan dan Oker (sejenis tanah merah yang mengandung zat besi) sehingga berwarna merah, dibuat dengan 2 cara yakni dengan cara positif berupa menempelkan tangan di dinding gua kemudian disembur dengan air ramuan dan cara negatif yakni mencelupkan tangan mereka ke dalam ramuan dan kemudian menempelkannya ke dinding gua. Seperti gua lainnya, leang-leang ini juga memiliki ruang di dalamnya. Namun karena tidak tersedianya fasilitas penerangan seperti senter atau lampu, jadi kita agak kesulitan memasuki guanya. Dengan penerangan seadanya dari flash kamera, kami mulai menyusuri bagian dalam gua ini. Sayangnya dinding gua ini sudah banyak dicoret-coret oleh pengunjung yang kurang bertanggungjawab. Kami kemudian meneruskan perjalanan ke goa yang kedua, yakni Goa Pattae. Tidak terlalu jauh dari Goa Petta Kere, kali ini jalan yang dilalui juga tidak terlalu sulit. Kami hanya berfoto di mulut goanya saja karena cuaca yang sangat panas dan sudah kelelahan berkeliling di goa yang pertama. Sekilas goa ini hampir sama dengan Goa Petta Kere, namun goa ini lebih luas dan panjang. Secara keseluruhan, goa Petta Kere dan Goa Pattae sangat menarik dan memiliki keunikan yang jarang didapatkan di goa-goa lainnya. Ditambah dengan pemandangan alamnya yang masih sangat alami dan bersih serta langit Sulawesi yang sangat biru, menambah daya tarik taman wisata Leang-leang ini. Namun masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki, misalnya dari sisi pemasaran, taman wisata prasejarah ini masih kurang dipromosikan oleh kabupaten / provinsi setempat. Dari sisi destinasi, kurangnya petunjuk arah juga sedikit menyulitkan wisatawan yang ingin berkeliling Leang-leang. Semoga pemerintah setempat lebih memperhatikan taman wisata yang memiliki potensi luar biasa ini. Salam Pesona Indonesia ^^
0 Comments
|
AuthorBertha Dian Sianipar Archives
March 2018
Categories |