Love is so sweet thing
Ini bukan hanya tentang cinta terhadap seseorang, namun juga tentang kehidupan dan orang-orang tersayang
|
Ini bukan hanya tentang cinta terhadap seseorang, namun juga tentang kehidupan dan orang-orang tersayang
|
Berawal dari acara Kamp Nasional Mahasiswa (Kemnas) Tahun 2013 yang diadakan di Putri Duyung Cottage, Ancol, DKI Jakarta, saya berkomitmen jika lulus nanti dan tinggal di Jakarta, saya menjadi volunteer di Sahabat Anak. Begitu dalam rasa ‘salut’ saya kepada kakak-kakak volunteer yang sudah dengan rela mengajar anak-anak marginal menjadi seorang yang mengerti dan memahami sepenuhnya bahwa ditengah keterbatasan, mereka adalah manusia yang berharga. Saya sangat tersentuh dengan visi misi yang dibagikan Sahabat Anak pada sesi presentasi berbagai ladang pelayanan di Kemnas 2013. Dengan visi “menyadarkan anak jalanan bahwa mereka sebagai manusia ciptaan Allah, yang berharga dan mulia”, Sahabat Anak memfasilitasi anak-anak marginal (khusunya anak-anak jalanan) untuk belajar bersama kakak-kakak volunteer. Misi Sahabat Anak sendiri adalah melibatkan sebanyak mungkin pribadi / pihak untuk peduli kepada anak jalanan dengan menjadi seorang sahabat yang menaruh kasih setiap waktu. Orang –orang yang terlibat dalam Sahabat Anak tidak dibatasi dari suku, ras, dan agama, semua boleh terlibat dalam pelayanan social ini. Pelayanan ini juga terbuka bagi siapa saja yang mengakui prinsip Sahabat Anak “bahwa setiap manusia adalah mahluk mulia dan yang paling berharga yang diciptakan oleh Allah, serta memiliki posisi yang sama di hadapan Allah”. Menarik bahwa dalam visi dan prinsipnya, Sahabat Anak menekankan betul bahwa mereka, anak marginal khususnya anak jalanan adalah berharga. Hal ini mungkin bisa diterima secara akal sehat, bahwa mungkin anak jalanan menganggap diri mereka tidak seberuntung orang lain kemudian merasa rendah diri dan mengganggap mereka adalah pribadi yang tidak berharga. Perjalanan melayani sebagai volunteer di Sahabat Anak dimulai saat saya dan 2 orang temen sudah menetap di Jakarta tahun 2014. Saat itu kita masih dalam masa-masa mencari pekerjaan. Banyaknya waktu kosong dan keinginan untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain, mengingatkanku pada komitmen yang pernah aku buat tahun 2013. Kami pun mendaftar sebagai volunteer di web Sahabat Anak (sahabatanak.org). Beberapa minggu kemudian kami dipanggil untuk mengikuti semacam sosialisasi dari Yayasan Sahabat Anak. Kemudian kami diajak bergabung di Sahabat Anak Kota Tua yang saat itu masih membutuhkan kakak volunteer. Selama hampir 2 (dua) tahun melayani sebagai kakak volunteer di Sahabat Anak, banyak hal yang saya pelajari dari pelayanan sosial ini. Tanpa basic seorang guru, saya dan teman-teman volunteer lainnya mengajarkan pelajaran sekolah dan pelajaran mengenai kehidupan kepada mereka. Tentunya bukan seperti di sekolah. Kami berusaha mengemas pelajaran itu menjadi lebih menarik dan gampang dimengerti oleh anak-anak. Tidak hanya itu, kami juga mengajarkan kepada mereka sopan santun, kebersihan, agama, rasa cinta tanah air, dan banyak lagi yang mampu mengembangkan minat dan bakat mereka. Rasa-rasanya bukan saya dan teman-teman saya yang mengajari mereka, menurut saya mereka, anak-anak marginal itu adalah guru bagi saya. Mereka mengajarkan kepada saya untuk selalu bersyukur dalam segala hal. Mereka saja dengan banyaknya kekurangan masih mampu tersenyum dan menjalani hari-harinya dengan sukacita, apalagi kita yang saat ini masih diberikan banyak kelebihan. Seharusnya kita lebih menghargai dan melalukan banyak hal positif kepada orang lain sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan. Ada satu hal yang sampai saat ini menjadi perjuangan dari kakak-kakak volunteer SA yaitu agar setiap anak-anak berani bermimpi. Tidak ada yang mustahil bahkan ketika mereka mengganggap mimpi-mimpi mereka tidak mungkin terwujud. Beberapa kali kita mengajarkan mereka berbagai jenis profesi yang ada. Bagi beberapa adik, profesi yang disebutkan adalah profesi-profesi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka seperti pedagang, supir, montir, dan profesi yang familiar di buku pelajaran mereka, dokter, pilot, polisi dan tentara. Suatu hari, dikelas Bahasa Indonesia, saya dan kakak PJ kelas 4 mengajarkan pelajaran mengarang dengan topik “profesi”. Anak-anak bergiliran menyebutkan profesi-profesi yang ada, berharap setelah mereka mengetahui list profesi yang ada, mereka akan memilih satu profesi yang menjadi cita-cita mereka. Profesi itu nantinya akan mereka jabarkan dalam karangan bertema “jika aku menjadi…”. Kemudian kami mempersilahkan mereka mengarang sesuai profesi idaman mereka. Tak disangka, di tengah keterbatasan mereka merangkai kata, penggunaan tanda baca yang masih sering salah, mereka memiliki tujuan yang mulia sekali dengan profesi yang mereka cita-citakan. Saat saya menanyakan kepada salah satu anak, mengenai cita-citanya, “kamu yakin ga, kalau sudah besar nanti bisa jadi dokter?”. Dia hanya tersenyum ragu, mungkin dia sedang memikirkan berbagai alasan bahwa profesi itu hanya mimpi. Sebenarnya disinilah peran-peran kami, kakak-kakak volunteer, untuk menyadarkan mereka bahwa mereka juga layak bermimpi seperti anak-anak lain yang lebih “enak” hidupnya. Mengubah mindset mereka dari seorang anak yang menerima kondisinya apa adanya menjadi seorang anak yang mau berjuang untuk masa depan yang lebih baik. Tak jarang, Yayasan SA mengundang adik-adik alumni Sahabat Anak yang sudah sukses, mampu bersekolah hingga jenjang kuliah untuk menjadi contoh real betapa semua profesi-profesi yang mereka impikan itu bisa mereka raih. Semua itu untuk menunjukkan kepada mereka bahwa cita-cita itu bukan hanya milik kalangan tertentu saja, tetapi untuk semua orang yang mau berjuang mendapatkannya. Adik-adik SA selama ini dibimbing dengan penuh kasih dari kakak-kakak volunteer, agar mereka tahu bahwa mereka pribadi yang berharga, pribadi yang layak memiliki cita-cita, dan pribadi yang tidak gentar untuk selalu berjuang walaupun lingkungannya akan mencibirnya bahwa itu tidak mungkin. Menjadi kakak volunteer di Sahabat Anak adalah kesempatan berharga bagiku untuk membagikan semangat bagi adik-adikku di Kota Tua. Mungkin akhir-akhir ini sudah sangat jarang mengajar disana karena tuntutan pekerjaan di kantor yang saat weekendpun aku harus dinas. Tapi kerinduan akan senyum pengharapan dari adik-adik SA menjadi alasan untuk datang kembali mengajar mereka. Aku selalu berdoa agar mereka memiliki semangat yang sama seperti yang kami, kakak-kakak volunteer bagikan kepada mereka. Kami hanya ingin mereka menjadi orang yang berguna bagi bangsa ini lewat profesi-profesi yang mereka geluti nantinya. ^^
0 Comments
|
AuthorBertha Dian Sianipar ArchivesCategories |